Sabtu, 28 Maret 2015

FEATURES, TRIAL N ERROR

Caranya yang Penting Ikhlas
Pengumuman pengumuman, kamoe brie thee kepada kawoem mak dan kawoem ayah, abang-abang, kakak ngon adek, yah nek dan mak nek, bahwa eunteuk malam  mari keuh geutanyoe sama-sama ta peuramee acara  cueramah agama dalam memeperingati kelahiran Nabi Muhammad salallahu alaihi wassalam  yaitu di Desa Keude Teunom Kabupaten Aceh Jaya, yang akan geusampaikan oleh teungku geutanyo Tengku Samsol Bahari Amin dari Tanoh Anoe. Hal yang  begitulah dilakukan oleh panitia Maulid  apabila ada suatu acara ceramah yang akan diadakan di daerah Aceh khusunya, untuk mengajak antusias warga dalam menghadiri ceramah-ceramah agama.
“Pekerjaan berdakwah merupakan suatu perintah yang diwajibkan oleh Allah kepada semua manusia, bahkan Rasulullah pun juga banyak bersabda dalam hadis nya untuk kita melakukan dakwah itu, dan kita selaku yang menyampai nya pun haruslah dengan rasa penuh keikhlasan”. Jelasnya  ketika saya wawancara beberapa waktu lalu.
Samsul  Bahari Amin merupakan sosok yang kini telah banyak dikenal orang  lewat ceramah- ceramahnya yang mampu membuat pendengarnya terkesan dengan aksi kocak saat dia diundang sebagai pendakwah di beberapa daerah. ” Namun ada juga sebagian orang masih  belum tahu dengan nama beliau”. Ungkap  Budi selaku  asisten yang telah lama bekerja dengannya.
Menurut saya, dia sekarang sudah hampir sama kayak Tengku Wahed  dalam berceramah, namun mereka berdua tetap memilki gaya yang berbeda dalam menyampaikan isi dakwahnya”. Tambahnya lagi
Pria paruh baya ini merupakan sosok yang bersahaja, namun dia termasuk orang yang berpengaruh di desanya Tanoh Anoe, Teunom, Kabupaten Aceh Jaya. Kesehariannya yang berprofesi sebagai guru mengaji pada pondok pesantren Darul Nizam. Itu merupakan suatu pekerjaan yang telah lama di tekuninya, yang merupakan tempat dimana dia telah banyak menghabiskan banyak waktu semasih remaja dulu sampai sekarang sudah bekeluarga. “ Pondok pesantren Darul Nizam ini merupakan tempat saya banyak menuntut ilmu, di sini begitu banyak pelajaran yang bermanfaat bagi saya”. Ceritanya ringkas.
Pengalaman berceramah pertama merupakan suatu cerita yang tak terlupakan bagi pria bertubuh mungil ini. Sehingga dengan karakternya yang mungil itu tak ayal bagi sebagian orang lebih mengenali sosoknya dengan sebutan   Teungku Samsol Ubiet ( kecil). “ Saya waktu berceramah dulu ya seperti kebanyakan orang lain berceramah, ya menyampaikan apa yang mesti kita sampaikan yang mana itu berguna dan baik buat orang lain”. Jelasnya dengan canda.
            Perjalanan hidup yang ditempuh pada saat dulu memanglah sangat sulit untuk digapai seperti yang dirasakan saat ini. Latarbelakang yang  hidup dengan pas-pasan membuatnya harus bekerja keras, walaupun hanya menuntut ilmu di pesantren yang lebih sedih bila disamakan dengan orang yang bersekolah menurutnya. Banyak pengalaman yang telah dilalui olehnya diwaktu dulu. Kedatangannya dari Woyla, Aceh barat untuk menimba ilmu di Pesantren Darul Nizam ini adalah pilihannya.
“ Alhamdulillah, kini Allah telah banyak member kemudahannya bagi saya”. Ulasnya dengan merendah.
            Gaya bicaranya keseharian yang banyak dengan lawakan namun bermakna sangatlah sering dia guraukan, dan tipikal yang semacam itu merupakan sosok yang banyak diminati banyak orang untuk diundang sebagai penceramah. Melihat kebanyakan orang-orang  dewasa ini dalam mendengar ceramah lebih suka dengan gaya yang kocak namun tetap pada nilai-nilai dakwah yang terkandung didalamnya, mungkin dia adalah orangnya.
“Beliau orangnya itu bisa saja menghipnotis pendengarnya dengan cara beliau saat menyampaikan ceramah, dan suara beliaupun sangat merdu ditambah aksi lawaknya itu mungkin banyak orang-orang mengundangnya untuk berceramah”. Tambah Budi dengan ceplosan candanya.
Seperti kebanyakan penceramah lainnya, dia juga manusia biasa yang butuh makan untuk diri dan keluarganya, dia juga bekerja sampingan menggarap sawah bersama Aminah istri yang dinikahinya sekitar 12 tahun silam, yang tak jauh dengan rumahnya.
“ Walaupun  saya kini sudah jadi penceramah, namun saya harus kembali kepada posisi saya sebagai orang biasa dan bekerja, karena menjadi penceramah itu bukan berarti kita menganggap orang lain akan menghidupi kita juga”. Pungkasnya sambil berguyonan.
Banyak orang sekarang ini salah persepsi terhadap tengku penceramah dengan menganggap saat menyampaikan dakwah sudah tidak dengan keikhlasan lagi, namun lebih dianggap sebagai bisnis untuk menambah penghasilan. Ungkapan itu dikarenakan dengan fenomena banyaknya orang-orang yang menjelma sebagai penceramah musiman pada bulan-bulan dalam memperingati hari besar dalam agama Islam, karena di masa itu merupakan ladang bisnis untuk mencari uang. Namun hal tersebut di tepis dengan tegas oleh Samsul, dengan mengatakan bahwa ungkapan tersebut adalah tergantung bagaimana kita dalam menjalaninya. Kalau kita mengaggap itu adalah pekerjaan, maka kita hanya mendapatkan satu bagian saja yaitu uang, tapi kalau kita mengaplikasikannya sebagai ibadah dan melakukannya dengan ikhlas, maka kita akan mendapatkan finansialnya dan sudah barang tentu pahalanya juga” si pat tak, dua pat luet “ satu sisi yang kita potong, dua bagian bisa kita putuskan,  yang artinya sama dengan peribahasa sambil sekali mendayung dua pulau biasa terlampaui.
Memang kalau lagi musim seperti Bulan Maulid, Isra’ Mi’raj dan hari besar islam lainnya, dan bisa disebut  bahwa memang rezeki lagi berpihak kepada penceramah-penceramah, dan itu memang sudah menjadi realita dimasyarakat Aceh. Tak terkecuali dengan bapak dua orang ini, padatnya jadwal untuk berceramah memang telah tercatatkan oleh asistennya yang  terkadang membuatnya full schedule.
 “ Alhamdulillah, sekarang tawaran untuk beliau ceramah setiap kalia ada acara Maulid, Isra’ Mi’raj pihak penyelenggara acara sudah jauh-jauh hari itu menghubungi beliau, ya kalau telat, mungkin beliu sudah gak bisa, karena sudah duluan dihubungi sama pihak lain. Macam artis artis manggung gitulah”. Ucap asistennya lagi.
Menjadi orang yang disegani dan dikenal oleh banyak orang tak membuat hidupnya sombong. Menjalani kesehariannya dengan gelar teungku, dia tidak terlepas dengan tugas sosialnya sebagai pelengkap bagi warga di daerahnya. Dia terkadang harus memenuhi panggilan jiwanya untuk orang lain, apabila ada acara-acara tahlilan sebagai pembaca doa, dan menjadi imam mesjid.
Ada pengalaman yang menakutkan suatu hari, dimana saat kami pergi berceramah ke daerah terpencil, dan pulangnya telah larut malam. Tiba di tengah perjalanan dan suasana nya saat itu sangatlah sepi, dia kami berdua di berhentikan oleh orang yang tak dikenal, dan saya pikir itu adalah perampok. Melihat gerak-gerik yang mencurigakan terhadap orang itu, kami pun mengendarai motor dengan cepat. Dan Alhamdulillah tidak kenapa napa” Cerita lagi asistennya.

Setiap kata, kerja dan juga usaha akan bermanfaat bagi orang lain dan terutama bagi diri sendiri jika kita lakukannya dengan iklas. Maka dari itu tergantung sama kita yang melakukannya bagaimana, asalkan caranya yang penting ikhlas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar