Rabu, 05 Februari 2014

Metodologi Penelitian Komunikasi


PEMUDARAN PEMAKAIAN BAHASA ACEH
SEBAGAI ALAT KOMUNIKASI PERTAMA DI ACEH
( Studi Kasus di Kota Banda Aceh)
 
A.   Latar  Belakang
Bahasa menurut KBBI (2008 : 116), yaitu sistem lambang bunyi yang arbiter digunakan oleh anggota masyarakat untuk bekerjasama, berinteraksi dan mengidentifikasi diri.
Untuk mengetahui pengertian bahasa lebih jelasnya, kita dapat meninjau dari dua segi, yaitu dari segi teknis dan praktis.
1.    secara teknis, bahasa adalah seperangkat ujaran kata-kata  bermakna karena ada ujaran-ujaran lain yang tidak bermakna meskipun juga dihasilkan oleh alat ucap manusia, misalnya ujaran-ujaran yang tidak didasarkan pada sisitem yang berlaku dalam bahasa tertentu. Dalam hal ini, ujaran yang tidak bermakna tentu tidak dapat disebut bahasa.
2.    secara praktis, bahasa merupakan alat komunikasi antar anggota masyarakat yang berupa sistem lambang bunyi yang bermakna dan dihasilkan oleh alat ucap manusia.
Aceh merupakan provinsi yang berada di ujung Pulau Sumatera Indonesia yang   penduduknya beragam. Tidak hanya memiliki pulau dan suku yang beragam, namun juga memilki beberapa bahasa yang sampai sekarang masih digunakan  walaupun sudah mulai pemudaran dalam pemakainnya. Bahasa pertama yang paling banyak dipakai di Aceh adalah Aceh yang dituturkan oleh etnis Aceh di sepanjang pesisir Aceh. Bahasa terbesar kedua adalah Gayo di dataran tinggi Gayo, Alas di dataran tinggi Alas, Aneuk Jamee di pesisir barat selatan, Singkil dan Pakpak  di tanah Singkil, Kluet di Aceh Selatan dan Tamiang di Tamiang. Di Semeulue bagian utara dijumpai Sigulai dan Lekon, sedangkan di selatannya dijumpai Devayan, Haloban dan Nias dijumpai di Pulau Banyak.
Ke 12 bahasa tersebut merupakan bahasa yang telah diwarisi dari orang-orang terdahulu dan berkembang dimasing-masing daerah, bahkan tidak sedikit pula  orang-orang yang berasal dari berbeda suku pun ikut belajar untuk bertukaran bahasa sebagai penambah wawasan dalam berkomunikasi antarbudaya.
Melihat perkembangan zaman yang seharinya semakin berkembang dan terus berbenah dengan berbagai hal,mulai dari media yang terus tampil dengan pola persaingannya. Seperti media cetak, elektronik hingga sekarang internet merupakan penemuan yang begitu luar biasa keuntungannya, walaupun ada juga dampak negatif dan kerugian yang ditimbulkan olehnya. Begitu juga dengan rakyat Aceh yang juga ikut ambil andil dalam perkembangan tersebut, banyak diantara mereka yang menggunakan media sebagai penunjang keberhasilan dalam pendidikan serta kesuksesan untuk berbisnis dan tak sedikit juga yang terkadang memberi perubahan kearah yang dapat menghilangkan ciri khasnya, seperti bahasa salah satunya.
Tidak hanya media, dari segi penduduk pun sekarang banyak yang bukan lagi penduduk aslinya, namun banyak orang-orang yang sengaja untuk bertransmigrasi kepulau Aceh dan juga ada yang sengaja untuk bekeluarga dengan  orang-orang Aceh yang perlahan-lahan semakin bertambah dan pesat.
B.   Rumusan MasalahBerdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, rumusan masalah penelitian Pengaruhnya Pudarnya Pemakaian Bahasa Aceh sebagai Alat Komunikasi Pertama di Kota Banda Aceh, adalah sebagai berikut:
1.    Bagaimanakah proses penggunaan bahasa Aceh sebagai alat komunikasi pertama yang digunakan oleh warga Kota Banda Aceh?
2.    Apakah bahasa Aceh masih dijadikan sebagai alat di keluarga, lingkungan dan pendidikan?
3.    Apakah dengan adanya pemakaian bahasa Indonesia yang diajarkan oleh orang tua pada anaknya diusia dini dapat membuat sianak tersebut akan membuatnya tidak tahu dengan bahasa Aceh?
4.    Seberapa banyakkah penduduk asli Aceh yang sudah tidak menggunakan lagi bahasa Aceh sebagai alat komunikasi dalam kesehariannya?

C.   Tujuan Penelitian
1.    Tujuan umum adalah untuk mengetahui apakah orang-orang di Kota Banda Aceh masih menjadikan bahasa Aceh sebagai bahasa dalam kesehariannya.
2.    Tujuan khusus adalah untuk menegtahui berapa banyak orang-orang di Aceh yang tidak lagi menggunakan bahasa Aceh sebagai alat komunikasi pertama dalam kesehariannya.


D.   Manfaat Penelitian
1.    Secara teoritis
a.    Memeperoleh pengetahuan tentang keberagaman bahasa yang ada di Aceh;
b.    Menambah pengetahuan dibidang komunikasi dan psikologi pendidikan tentang faktor-faktor yang dapat memudarkan bahasa Aceh dikalangan orang Aceh sendiri.

2.    Secara Praktis
a.    Memberi masukan kepada dunia belajar mengajar khususnya pada aspek kognitif yang selalu digunakan dalam setiap melakukan aktifitas keseharian, khususnya dalam lingkup Aceh;
b.    Memeberi masukan bagi dunia pendidikan orang tua serta anak-anak, lembaga yang terkait akan pentingnya menjaga dan menglestarikan bahasa Aceh sebagai budaya.

E.    Kerangka Teoritis
1.    Bahasa daerah Aceh.
2.    Faktor penyebab pudarnya pemakaian bahasa Aceh.
-          Pendatang dari luar pulau Aceh/transmigrasi;
-          Media;
-          lainnya

3.    komunikasi
-          Bentuk komunikasi dalam keluarga, lingkungan dan pendidikan;
-          Bahasa Aceh sebagai alat komunikasi.

4.    Hubungan bahasa Aceh dengan Ilmu Komunikasi.

F.    Hipotesa Penelitian
Berdasarkan asumsi dan kajian teoritik di atas, diajukan hipotesis bahwa ada pengaruh pudarnya bahasa Aceh dikalangan warga Kota Banda Aceh.
G.   Defenisi Operasional
1.    Judul “Pengaruh Pudarnaya Bahasa Aceh sebagai Alat Komunikasi Pertama di Kota Banda Aceh”.

2.    Variabel bebas:
a.    pengaruh yaitu orang yang datang dari luar Aceh, media yang ikut membentuk watak, kepercayaan dan kebiasaan seseorang. Pengaruh yaitu daya yang ada atau timbul dari sesuatu (orang atau benda) yang ikut membentuk watak, kepercayaan atau perbuatan seseorang.
b.    Bahasa Daerah merupakan bahasa asli yang digunakan oleh penduduk setempat, sebagai alat komunikasi yang dipakai dalam sehari-hari baik di dalam keluarga, lingkungan bahkan terkadang dalam pendidikan dan lembaga-lembaga pemerintahan.



3.    Variabel terikat
a.    Bahasa selain merupakan  alat komunikasi, pada dasarnya juga merupakan:
-          Sebagai alat ekspresi diri
sebagai alat ekspresi bahasa merupakan sarana untuk mengekspresikan atau mengungkapkan segala sesuatu yang mengendap di dalam dunia batin seseorang, baik berupa gagasan, pikiran, perasaan, maupun pengalaman yang dimilikinya. Dalam hal ini, sebagai alat ekspresi diri, bahasa seringkali digunakan untuk menyatakan keberadaan atau eksistensi kepada orang lain.

-          sebagai alat integrasi dan adaptasi sosial
Bahasa memungkinkan setiap penuturnya merasa diri terikat dengan sekolompok sosial atau masyarakat yang menggunakan bahasa yang sama. Kempuan bahasa sebagai alat integrasi ini telah dilihat oleh para pendiri negara kita sejak masa perjuangan.oleh karena itu, mereka memasukkan masalah bahasa kedalam agenda politik. Sementara itu sebagai alat adaptasi sosial, bahasa memungkinkan seseorang menyusuaikan diri dengan anggota masyarakat lain yang menggunkan bahasa yang sama.
-          sebagai alat kontrol sosial
Bahasa dapat digunakan untuk mengatur berbagai aktivitas sosial, merencanakan berbagai kegiatan, dengan mengarahkannya ke dalam suatu tujuan yang diinginkan

b.    Fungsi bahasa daerah antara lain ialah:
-          Sebagai identitas latar belakang seseorang;
-          Sebagai alat komunikasi yang digunakan dalam lingkungan daerah setempat;
-          Sebagai hasil budaya yang telah diciptkan dan patut untuk dilestarikan.
-         
H. METODE PENELITIAN1. Identifikasi Variabel Penelitian
Terdapat dua variabel dalam penelitian ini, yaitu:
a.    Dependent Variable disimbulkan dengan (Y) Alat Komunikasi
b.    Independent Variable disimbulkan dengan (X) Pudarnya Bahasa Aceh
2. Definisi Operasional Variabel Penelitian
a.    Memori : Kemampuan untuk mengingat apa yang telah diketahui. Pengukuran ingatan dapat dilakukan dengan cararecall, yaitu subjek diminta menghasilkan kembali stimulus-stimulus yang telah disajikan dalam tahap. Kecepatan pengulangan merupakan alat ukur yang akurat atas rentang ingatan. Kemampuan me-recall kembali stimulus-stimulus yang telah disajikan dalam tahap belajar ini diungkap melalui observasi dan tes dengan menggunakan kartu bergambar (flash cards).
b.    Musik Klasik : Adalah musik yang memiliki nilai seni dan ilmiahnya tinggi, berkadar keindahan dan tak luntur sepanjang masa.
3. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini ditentukan dengan cara Purposive Sampling. Adapun subjek dalam penelitian ini adalah warga Kota Banda Aceh dengan ciri-ciri:
a.    Berusia antara 6-50 tahun;
b.    Murid TK, SD sederjat,SMA sederajat, pedagang, PNS, dan warga biasa Kota Banda Aceh lainnya;
c.    penduduk asli Aceh.

4. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
a.    Observasi, indikator yang digunakan dalam observasi ini adalah kecepatan dalam mengidentifikasi kartu bergambar yang digunakan sebagai stimulasi untuk mengetahui kemampuanr ecall anak autistik.
b.    Tes, tes dilakukan dengan cara memberikan beberapa daftar bahasa Aceh.
c.    Wawancara mendalam, wawancara ini dilakukan terhadap anak-anak, remaja dan orang tua,sebagai subjek untuk mengetahui .


5. Teknik Analisis Data
Karena sampel dalam penelitian ini diambil dari berbagai usia dan golongan, maka saya menggunakan Teori Conectionism (Thorndike).Menurut teori trial and error (mencoba‑coba dan gagal) ini, setiap organisme jika dihadapkan dengan situasi baru akan melakukan tindakan‑tindakan yang sifatnya coba‑coba secara membabi buta jika dalam usaha mencoba‑coba itu secara ke­betulan ada perbuatan yang dianggap memenuhi tuntutan situasi, maka perbuatan yang kebetulan cocok itu kemudian “dipegangnya”. Karena latihan yang terus menerus maka waktu yang dipergunakan untuk melakukan perbuatan yang cocok itu makin lama makin efisien.
Jadi, proses belajar menurut Thorndike melalui proses: trial and error (mencoba‑coba dan mengalami kegagalan), dan    law of effect; Yang berarti bahwa segala tingkah laku yang berakibatkan suatu keadaan yang memuaskan (cocok dengan tuntutan situasi) akan diingat dan dipelajari dengan sebaik‑baiknya. Sedangkan segala tingkah laku yang berakibat tidak menye­nangkan akan dihilangkan atau dilupakannya. Tingkah laku ini terjadi secara otomatis. Otomatisme dalam belajar itu dapat dilatih dengan syarat‑syarat tertentu, pada binatang juga pada manusia.
Thorndike melihat bahwa organisme itu (juga manusia) sebagai mekanismus; hanya bergerak atau bertindak jika ada pe­rangsang yang mempengaruhi dirinya. Terjadinya otomatis­me dalam belajar menurut Thorndike disebabkan adanya law of effect itu. Dalam kehidupan sehari‑hari law of effect itu dapat terlihat dalam hal memberi penghargaan atau ganjaran dan juga dalam hal memberi hukuman dalam pendidikan. Akan tetapi me­nurut Thorndike yang lebih memegang peranan dalam pen­didikan ialah hal memberi penghargaan atau ganjaran dan itulah yang lebih dianjurkan.
Karena adanya law of effect terjadilah hubungan (connection) atau asosiasi antara tingkah laku reaksi yang dapat mendatangkan sesuatu dengan hasil biaya(effect). Karena adanya koneksi antara reaksi dengan hasilnya itu maka teori Thorndike disebut juga 
Connectionism.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar