PEMUDARAN PEMAKAIAN BAHASA ACEH
SEBAGAI ALAT KOMUNIKASI PERTAMA DI ACEH
( Studi Kasus di Kota Banda Aceh)
A.
Latar Belakang
Bahasa menurut KBBI (2008 : 116), yaitu sistem lambang bunyi yang
arbiter digunakan oleh anggota masyarakat untuk bekerjasama, berinteraksi dan
mengidentifikasi diri.
Untuk mengetahui pengertian bahasa lebih jelasnya, kita dapat
meninjau dari dua segi, yaitu dari segi teknis dan praktis.
1. secara teknis, bahasa adalah seperangkat ujaran
kata-kata bermakna karena ada
ujaran-ujaran lain yang tidak bermakna meskipun juga dihasilkan oleh alat ucap
manusia, misalnya ujaran-ujaran yang tidak didasarkan pada sisitem yang berlaku
dalam bahasa tertentu. Dalam hal ini, ujaran yang tidak bermakna tentu tidak
dapat disebut bahasa.
2. secara praktis, bahasa merupakan alat
komunikasi antar anggota masyarakat yang berupa sistem lambang bunyi yang
bermakna dan dihasilkan oleh alat ucap manusia.
Aceh merupakan provinsi yang berada di ujung Pulau Sumatera
Indonesia yang penduduknya beragam.
Tidak hanya memiliki pulau dan suku yang beragam, namun juga memilki beberapa
bahasa yang sampai sekarang masih digunakan
walaupun sudah mulai pemudaran dalam pemakainnya. Bahasa pertama yang
paling banyak dipakai di Aceh adalah Aceh yang dituturkan oleh etnis Aceh di
sepanjang pesisir Aceh. Bahasa terbesar kedua adalah Gayo di dataran tinggi Gayo, Alas di dataran tinggi Alas, Aneuk Jamee di pesisir barat selatan, Singkil dan Pakpak di tanah Singkil, Kluet di Aceh Selatan dan Tamiang di Tamiang. Di Semeulue bagian utara dijumpai Sigulai
dan Lekon, sedangkan di selatannya dijumpai Devayan, Haloban
dan Nias dijumpai di Pulau Banyak.
Ke 12 bahasa tersebut merupakan bahasa yang telah diwarisi dari
orang-orang terdahulu dan berkembang dimasing-masing daerah, bahkan tidak
sedikit pula orang-orang yang berasal
dari berbeda suku pun ikut belajar untuk bertukaran bahasa sebagai penambah
wawasan dalam berkomunikasi antarbudaya.
Melihat perkembangan zaman yang seharinya semakin berkembang dan
terus berbenah dengan berbagai hal,mulai dari media yang terus tampil dengan
pola persaingannya. Seperti media cetak, elektronik hingga sekarang internet
merupakan penemuan yang begitu luar biasa keuntungannya, walaupun ada juga
dampak negatif dan kerugian yang ditimbulkan olehnya. Begitu juga dengan rakyat
Aceh yang juga ikut ambil andil dalam perkembangan tersebut, banyak diantara
mereka yang menggunakan media sebagai penunjang keberhasilan dalam pendidikan
serta kesuksesan untuk berbisnis dan tak sedikit juga yang terkadang memberi
perubahan kearah yang dapat menghilangkan ciri khasnya, seperti bahasa salah
satunya.
Tidak hanya media, dari segi penduduk pun sekarang banyak yang
bukan lagi penduduk aslinya, namun banyak orang-orang yang sengaja untuk
bertransmigrasi kepulau Aceh dan juga ada yang sengaja untuk bekeluarga
dengan orang-orang Aceh yang
perlahan-lahan semakin bertambah dan pesat.
B.
Rumusan MasalahBerdasarkan latar belakang yang telah
dipaparkan, rumusan masalah penelitian Pengaruhnya Pudarnya Pemakaian Bahasa
Aceh sebagai Alat Komunikasi Pertama di Kota Banda Aceh, adalah sebagai
berikut:
1. Bagaimanakah proses penggunaan bahasa Aceh
sebagai alat komunikasi pertama yang digunakan oleh warga Kota Banda Aceh?
2. Apakah bahasa Aceh masih dijadikan sebagai alat
di keluarga, lingkungan dan pendidikan?
3. Apakah dengan adanya pemakaian bahasa Indonesia
yang diajarkan oleh orang tua pada anaknya diusia dini dapat membuat sianak
tersebut akan membuatnya tidak tahu dengan bahasa Aceh?
4. Seberapa banyakkah penduduk asli Aceh yang
sudah tidak menggunakan lagi bahasa Aceh sebagai alat komunikasi dalam
kesehariannya?
C.
Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum adalah untuk mengetahui apakah
orang-orang di Kota Banda Aceh masih menjadikan bahasa Aceh sebagai bahasa
dalam kesehariannya.
2. Tujuan khusus adalah untuk menegtahui berapa
banyak orang-orang di Aceh yang tidak lagi menggunakan bahasa Aceh sebagai alat
komunikasi pertama dalam kesehariannya.
D.
Manfaat Penelitian
1. Secara teoritis
a. Memeperoleh pengetahuan tentang keberagaman
bahasa yang ada di Aceh;
b. Menambah pengetahuan dibidang komunikasi dan
psikologi pendidikan tentang faktor-faktor yang dapat memudarkan bahasa Aceh
dikalangan orang Aceh sendiri.
2. Secara Praktis
a. Memberi masukan kepada dunia belajar mengajar
khususnya pada aspek kognitif yang selalu digunakan dalam setiap melakukan
aktifitas keseharian, khususnya dalam lingkup Aceh;
b. Memeberi masukan bagi dunia pendidikan orang
tua serta anak-anak, lembaga yang terkait akan pentingnya menjaga dan
menglestarikan bahasa Aceh sebagai budaya.
E.
Kerangka Teoritis
1. Bahasa daerah Aceh.
2. Faktor penyebab pudarnya pemakaian bahasa Aceh.
-
Pendatang dari luar
pulau Aceh/transmigrasi;
-
Media;
-
lainnya
3. komunikasi
-
Bentuk komunikasi
dalam keluarga, lingkungan dan pendidikan;
-
Bahasa Aceh sebagai
alat komunikasi.
4. Hubungan bahasa Aceh dengan Ilmu Komunikasi.
F.
Hipotesa Penelitian
Berdasarkan asumsi dan kajian teoritik di
atas, diajukan hipotesis bahwa ada pengaruh pudarnya bahasa Aceh dikalangan
warga Kota Banda Aceh.
G.
Defenisi Operasional
1. Judul “Pengaruh Pudarnaya Bahasa Aceh sebagai
Alat Komunikasi Pertama di Kota Banda Aceh”.
2. Variabel bebas:
a. pengaruh yaitu orang yang datang dari luar
Aceh, media yang ikut membentuk watak, kepercayaan dan kebiasaan seseorang. Pengaruh yaitu daya yang ada atau timbul
dari sesuatu (orang atau benda) yang ikut membentuk watak, kepercayaan atau
perbuatan seseorang.
b. Bahasa Daerah merupakan
bahasa asli yang digunakan oleh penduduk setempat, sebagai alat komunikasi yang
dipakai dalam sehari-hari baik di dalam keluarga, lingkungan bahkan terkadang
dalam pendidikan dan lembaga-lembaga pemerintahan.
3. Variabel terikat
a. Bahasa selain merupakan alat komunikasi, pada dasarnya juga merupakan:
-
Sebagai alat
ekspresi diri
sebagai alat ekspresi bahasa merupakan
sarana untuk mengekspresikan atau mengungkapkan segala sesuatu yang mengendap
di dalam dunia batin seseorang, baik berupa gagasan, pikiran, perasaan, maupun
pengalaman yang dimilikinya. Dalam hal ini, sebagai alat ekspresi diri, bahasa
seringkali digunakan untuk menyatakan keberadaan atau eksistensi kepada orang
lain.
-
sebagai alat
integrasi dan adaptasi sosial
Bahasa memungkinkan setiap penuturnya
merasa diri terikat dengan sekolompok sosial atau masyarakat yang menggunakan
bahasa yang sama. Kempuan bahasa sebagai alat integrasi ini telah dilihat oleh
para pendiri negara kita sejak masa perjuangan.oleh karena itu, mereka
memasukkan masalah bahasa kedalam agenda politik. Sementara itu sebagai alat
adaptasi sosial, bahasa memungkinkan seseorang menyusuaikan diri dengan anggota
masyarakat lain yang menggunkan bahasa yang sama.
-
sebagai alat kontrol
sosial
Bahasa dapat digunakan untuk mengatur
berbagai aktivitas sosial, merencanakan berbagai kegiatan, dengan
mengarahkannya ke dalam suatu tujuan yang diinginkan
b. Fungsi bahasa daerah antara lain ialah:
-
Sebagai identitas
latar belakang seseorang;
-
Sebagai alat
komunikasi yang digunakan dalam lingkungan daerah setempat;
-
Sebagai hasil budaya
yang telah diciptkan dan patut untuk dilestarikan.
-
H. METODE
PENELITIAN1. Identifikasi
Variabel Penelitian
Terdapat dua
variabel dalam penelitian ini, yaitu:
a. Dependent Variable
disimbulkan dengan (Y) Alat Komunikasi
b. Independent Variable
disimbulkan dengan (X) Pudarnya Bahasa Aceh
2. Definisi Operasional
Variabel Penelitian
a. Memori : Kemampuan
untuk mengingat apa yang telah diketahui. Pengukuran ingatan dapat dilakukan
dengan cararecall, yaitu subjek diminta menghasilkan kembali stimulus-stimulus
yang telah disajikan dalam tahap. Kecepatan pengulangan merupakan alat ukur
yang akurat atas rentang ingatan. Kemampuan me-recall kembali stimulus-stimulus
yang telah disajikan dalam tahap belajar ini diungkap melalui observasi dan tes
dengan menggunakan kartu bergambar (flash cards).
b. Musik Klasik : Adalah
musik yang memiliki nilai seni dan ilmiahnya tinggi, berkadar keindahan dan tak
luntur sepanjang masa.
3. Subjek Penelitian
Subjek dalam
penelitian ini ditentukan dengan cara Purposive Sampling. Adapun subjek dalam
penelitian ini adalah warga Kota Banda Aceh dengan ciri-ciri:
a. Berusia antara 6-50
tahun;
b. Murid TK, SD
sederjat,SMA sederajat, pedagang, PNS, dan warga biasa Kota Banda Aceh lainnya;
c. penduduk asli Aceh.
4. Teknik
Pengumpulan Data
Teknik
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
a. Observasi, indikator
yang digunakan dalam observasi ini adalah kecepatan dalam mengidentifikasi
kartu bergambar yang digunakan sebagai stimulasi untuk mengetahui kemampuanr
ecall anak autistik.
b. Tes, tes dilakukan
dengan cara memberikan beberapa daftar bahasa Aceh.
c. Wawancara mendalam,
wawancara ini dilakukan terhadap anak-anak, remaja dan orang tua,sebagai subjek
untuk mengetahui .
5. Teknik
Analisis Data
Karena sampel dalam penelitian ini diambil dari
berbagai usia dan golongan, maka saya menggunakan Teori Conectionism (Thorndike).Menurut teori trial and error (mencoba‑coba dan gagal)
ini, setiap organisme jika dihadapkan dengan situasi baru akan melakukan
tindakan‑tindakan yang sifatnya coba‑coba secara membabi buta jika dalam usaha
mencoba‑coba itu secara kebetulan ada perbuatan yang dianggap memenuhi
tuntutan situasi, maka perbuatan yang kebetulan cocok itu kemudian
“dipegangnya”. Karena latihan yang terus menerus maka waktu yang dipergunakan untuk
melakukan perbuatan yang cocok itu makin lama makin efisien.
Jadi, proses belajar menurut Thorndike melalui proses: trial and error (mencoba‑coba dan mengalami kegagalan), dan law of effect; Yang berarti bahwa segala tingkah laku yang berakibatkan suatu keadaan yang
memuaskan (cocok dengan tuntutan situasi) akan diingat dan dipelajari dengan
sebaik‑baiknya. Sedangkan segala tingkah laku yang berakibat tidak menyenangkan
akan dihilangkan atau dilupakannya. Tingkah laku ini terjadi secara otomatis.
Otomatisme dalam belajar itu dapat dilatih dengan syarat‑syarat tertentu, pada
binatang juga pada manusia.
Thorndike melihat bahwa organisme itu (juga manusia) sebagai mekanismus;
hanya bergerak atau bertindak jika ada perangsang yang mempengaruhi dirinya.
Terjadinya otomatisme dalam belajar menurut Thorndike disebabkan adanya
law of effect itu. Dalam kehidupan sehari‑hari law of
effect itu dapat terlihat dalam hal memberi penghargaan atau
ganjaran dan juga dalam hal memberi hukuman dalam
pendidikan. Akan tetapi menurut Thorndike yang lebih memegang peranan dalam
pendidikan ialah hal memberi penghargaan atau ganjaran dan itulah yang lebih
dianjurkan.
Karena adanya law of effect terjadilah hubungan
(connection) atau asosiasi antara tingkah laku reaksi yang dapat mendatangkan
sesuatu dengan hasil biaya(effect). Karena adanya koneksi antara
reaksi dengan hasilnya itu maka teori Thorndike disebut juga Connectionism.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar