Senin, 23 Juni 2014
Rabu, 05 Februari 2014
Metodologi Penelitian Komunikasi
PEMUDARAN PEMAKAIAN BAHASA ACEH
SEBAGAI ALAT KOMUNIKASI PERTAMA DI ACEH
( Studi Kasus di Kota Banda Aceh)
Untuk mengetahui pengertian bahasa lebih jelasnya, kita dapat meninjau dari dua segi, yaitu dari segi teknis dan praktis.
1. secara teknis, bahasa adalah seperangkat ujaran kata-kata bermakna karena ada ujaran-ujaran lain yang tidak bermakna meskipun juga dihasilkan oleh alat ucap manusia, misalnya ujaran-ujaran yang tidak didasarkan pada sisitem yang berlaku dalam bahasa tertentu. Dalam hal ini, ujaran yang tidak bermakna tentu tidak dapat disebut bahasa.
Melihat perkembangan zaman yang seharinya semakin berkembang dan terus berbenah dengan berbagai hal,mulai dari media yang terus tampil dengan pola persaingannya. Seperti media cetak, elektronik hingga sekarang internet merupakan penemuan yang begitu luar biasa keuntungannya, walaupun ada juga dampak negatif dan kerugian yang ditimbulkan olehnya. Begitu juga dengan rakyat Aceh yang juga ikut ambil andil dalam perkembangan tersebut, banyak diantara mereka yang menggunakan media sebagai penunjang keberhasilan dalam pendidikan serta kesuksesan untuk berbisnis dan tak sedikit juga yang terkadang memberi perubahan kearah yang dapat menghilangkan ciri khasnya, seperti bahasa salah satunya.
Tidak hanya media, dari segi penduduk pun sekarang banyak yang bukan lagi penduduk aslinya, namun banyak orang-orang yang sengaja untuk bertransmigrasi kepulau Aceh dan juga ada yang sengaja untuk bekeluarga dengan orang-orang Aceh yang perlahan-lahan semakin bertambah dan pesat.
B. Rumusan MasalahBerdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, rumusan masalah penelitian Pengaruhnya Pudarnya Pemakaian Bahasa Aceh sebagai Alat Komunikasi Pertama di Kota Banda Aceh, adalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah proses penggunaan bahasa Aceh sebagai alat komunikasi pertama yang digunakan oleh warga Kota Banda Aceh?
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
2. Secara Praktis
E. Kerangka Teoritis
3. komunikasi
4. Hubungan bahasa Aceh dengan Ilmu Komunikasi.
F. Hipotesa Penelitian
G. Defenisi Operasional
2. Variabel bebas:
3. Variabel terikat
- sebagai alat integrasi dan adaptasi sosial
- sebagai alat kontrol sosial
b. Fungsi bahasa daerah antara lain ialah:
H. METODE PENELITIAN1. Identifikasi Variabel Penelitian
Terdapat dua variabel dalam penelitian ini, yaitu:
a. Dependent Variable disimbulkan dengan (Y) Alat Komunikasi
a. Memori : Kemampuan untuk mengingat apa yang telah diketahui. Pengukuran ingatan dapat dilakukan dengan cararecall, yaitu subjek diminta menghasilkan kembali stimulus-stimulus yang telah disajikan dalam tahap. Kecepatan pengulangan merupakan alat ukur yang akurat atas rentang ingatan. Kemampuan me-recall kembali stimulus-stimulus yang telah disajikan dalam tahap belajar ini diungkap melalui observasi dan tes dengan menggunakan kartu bergambar (flash cards).
Subjek dalam penelitian ini ditentukan dengan cara Purposive Sampling. Adapun subjek dalam penelitian ini adalah warga Kota Banda Aceh dengan ciri-ciri:
a. Berusia antara 6-50 tahun;
4. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
a. Observasi, indikator yang digunakan dalam observasi ini adalah kecepatan dalam mengidentifikasi kartu bergambar yang digunakan sebagai stimulasi untuk mengetahui kemampuanr ecall anak autistik.
5. Teknik Analisis Data
Karena sampel dalam penelitian ini diambil dari berbagai usia dan golongan, maka saya menggunakan Teori Conectionism (Thorndike).Menurut teori trial and error (mencoba‑coba dan gagal) ini, setiap organisme jika dihadapkan dengan situasi baru akan melakukan tindakan‑tindakan yang sifatnya coba‑coba secara membabi buta jika dalam usaha mencoba‑coba itu secara kebetulan ada perbuatan yang dianggap memenuhi tuntutan situasi, maka perbuatan yang kebetulan cocok itu kemudian “dipegangnya”. Karena latihan yang terus menerus maka waktu yang dipergunakan untuk melakukan perbuatan yang cocok itu makin lama makin efisien.
Jadi, proses belajar menurut Thorndike melalui proses: trial and error (mencoba‑coba dan mengalami kegagalan), dan law of effect; Yang berarti bahwa segala tingkah laku yang berakibatkan suatu keadaan yang memuaskan (cocok dengan tuntutan situasi) akan diingat dan dipelajari dengan sebaik‑baiknya. Sedangkan segala tingkah laku yang berakibat tidak menyenangkan akan dihilangkan atau dilupakannya. Tingkah laku ini terjadi secara otomatis. Otomatisme dalam belajar itu dapat dilatih dengan syarat‑syarat tertentu, pada binatang juga pada manusia.
Thorndike melihat bahwa organisme itu (juga manusia) sebagai mekanismus; hanya bergerak atau bertindak jika ada perangsang yang mempengaruhi dirinya. Terjadinya otomatisme dalam belajar menurut Thorndike disebabkan adanya law of effect itu. Dalam kehidupan sehari‑hari law of effect itu dapat terlihat dalam hal memberi penghargaan atau ganjaran dan juga dalam hal memberi hukuman dalam pendidikan. Akan tetapi menurut Thorndike yang lebih memegang peranan dalam pendidikan ialah hal memberi penghargaan atau ganjaran dan itulah yang lebih dianjurkan.
Karena adanya law of effect terjadilah hubungan (connection) atau asosiasi antara tingkah laku reaksi yang dapat mendatangkan sesuatu dengan hasil biaya(effect). Karena adanya koneksi antara reaksi dengan hasilnya itu maka teori Thorndike disebut juga Connectionism.
Langganan:
Komentar (Atom)
